Emzalmi: Inflasi Penyakit Berbahaya Bagi Perekonomian & Pembangunan

PADANG -- Inflasi gejolak ekonomi yang sangat menarik untuk disimak dan diamati karena dianggap berbahaya dalam pelaksanaan pembangunan. Pelaku ekonomi menganggap inflasi merupakan suatu penyakit yang harus selalu dicegah, agar tidak menghambat proses pembangunan.

Wakil Walikota Padang, Ir. H. Emzalmi, M.Si, menyampaikan hal tersebut dalam Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Padang, di gedung pertemuan Balaikota Padang Aie Pacah, Jum'at (5/9/2014).

Emzalmi memaparkan, inflasi merupakan salah satu syarat mutlak untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Hampir sebagian besar tekanan inflasi di daerah berasal dari tekanan inflasi non inti, oleh sebab itu pengendalian inflasi di Kota Padang sebuah keharusan dan bukan hanya menjadi tanggungjawab Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter.

"Tekanan inflasi non inti antara lain dipicu oleh kelangkaan pasokan BBM, terganggunya distribusi barang, rantai distribusi yang panjang, kenaikan tarif dasar listrik, perilaku buruk penimbunan dan pungli serta pengaruh musiman. Dalam hal ini, Bank Indonesia menetapkan kebijakan moneter".

Sedangkan inflasi non inti dapat diartikan inflasi di luar kendali otoritas moneter atau tekanan inflasi dari sisi penawaran yaitu dari sisi produksi dan distribusi, tidak akan berdampak apa-apa karena yang diperlukan kebijakan Fiskal dan Kebijakan di sektor riil.

Maka itu, diharapkan Tim pengedali Inflasi Daerah Kota Padang dapat memberikan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah kota dari hasil diskusi evaluasi terhadap sumber dan potensi tekanan inflasi daerah.

Selain itu, Pemko Padang mengharapkan TPID secara aktif melakukan upaya preventif dan kuratif dalam pengendalian inflasi daerah melalui upaya memenuhi pasokan kebutuhan masyarakat di daerah serta menimalkan dampak. SKPD terkait dalam TIM pengendali inflasi daerah diinstruksikan untuk melakukan pemantauan langsung kelapangan dan mempersiapkan data informasi sesuai dengan tugas pokok fungsi masing-masing.

Tingkat inflasi di Kota Padang pada bulan Agustus sebesar 1,83 % atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 114,81 pada bulan Juli lalu menjadi 116,91 % di Bulan Agustus 2014, kondisi ini dinilai cukup tinggi.

Bila dilihat dari kelompok pengeluaran, inflasi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 2,49 %, kelompok makan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,48 %, kelompok perumahan, air, listrik Gas dan bahan bakar sebesar 1,03 %, kelompok sandang sebesar 0,22 %, kelompok kesehatan sebear 0,97 %. Kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga sebesar 3,94 % dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 3,02 %.

Hal ini disebabkan beberapa komoditas mengalami kenaikan harga di Bulan Agustus di antaranya angkutan udara, beras, rekreasi, tarif listrik, jengkol, daun singkong, sepat siam, daun bawang, jeruk, buncis, dan beberapa komoditi lainnya, di harapkan SKPD terkait untuk dapat melakukan langkah-langkah penekanan laju inflasi.

Selanjutnya ketua pelaksana acara koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Padang, Kabag Perekonomian Edi Dharma, melaporkan, sebagai nara sumber dari Bank Indonesia (BI) Dhia Sandrata, dari Pertamina Arda Agus Satria dan Ketua YLKI Sumbar Dahnil Aswad.

(rel/rki)
BeritaLima Cyber Media Group » www.beritalima.comwww.sumateratime.comwww.satuwarta.comwww.caleg-indonesia.comwww.potretdesa.comwww.sumbaronline.com

0 comments:

Posting Komentar