Karnaval. (foto:detak.com).
PAMEKASAN, Detak.com.
Kesenian daerah pada hakikatnya diminati oleh masyarakat, khususnya masyarakat di tingkat desa. Saat ini masyarakat desa lagi-lagi merasa enggan untuk memperkenalkan tradisi keseniannya yang lama tidak di lestarikan pada even-even festival.
Namun di Desa Dempoh, Kecamatan Pasean, Kabupaten Pamekasan, Madura, momen menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-71, di isi dengan tradisi kesenian "Slompret" (red Madura: Ngok-Ngongok).
Hal tersebut dimainkan pada saat clousing ceremony acara 17 Agustus, Minggu (28/8/2016). Kesenian dengan nama group sakera sakte ini sudah lama tidak terdengar di masyarakatat, berkat antusias masyarakat sekitar akhirnya dengan secara perlahan mulai di kembangkan lagi.
Masru'e selaku pimpinan kesenian tersebut mengatakan, bahwa kesenian Slompret ini sempat terkenal pada era 80-an, dan sering mentas pada acara-acara serta ritual leluhur di desa.
"Sempat terkenal ayun-ayun ronggeng ini pada era 80-an, dan yang saya ingat dulu, sering menghadiri kondangan acara pada momen-momen festival di masyarakat, iya seperti ritual leluhur di desa," ujarnya pada reporter newsdetak.
Orang pegiat kesenian ini menambahkan, pihaknya akan berusaha melestarikan kembali kesenian yang pernah tenggelam cukup lama untuk kembali muncul menjaga nilai-nilai kesenian masyarkat Madura ini.
Sementara itu, Mohammad Moyo selaku personel Slompret menambahkan, akan mencari kader-kader baru yang berbakat untuk melestarikan kembali keseniannya ini yang baru mau tenggelam, "usaha kami akan mencari bibit-bibit baru untuk menjadi anggota slompret ini, agar ada generasi penerus," terangnya.
Reporter: Ahmad Marul Saleh.
0 comments:
Posting Komentar