Duka Roti'ah "Ditendang" Dari Malaysia, Dirumah Ditendang Suami

Nasib Naas Ibu Rumah Tangga, Warga  Palesangger Kecamatan Pegantenan-Pamekasan Madura


Detak, Pamekasan--Sungguh malang nasib Roti'ah (35 th) warga dusun Tajuk Desa Palesangger Kecamatan Pegantenan karena gagal jadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) malah dicerai oleh suaminya, Abdurrahman (45 th) warga desa Pasangger Kecamatan Palengaan.
Roti'ah yang ditemani ayah kandungnya yang sudah sepuh dan 2 saudara kandungnya, Ali (37 th) dan Amiruddin (32 th) menceritakan nasibnya kepada ketua Posbakumadin (Pos Bantuan hukum advokat Indonesia) Kabupaten Pamekasan, Marsuto Alfianto SH dikantornya, Gedung Islamic centre lantai II Nomer 15 Pamekasan.
"Saya sebetulnya awalnya dinikahkan oleh bapak saya dengan Durahman (Abdurrahman) masih kecil sekali, yakni waktu lulus SD (sekolah Dasar)" kata Roti'ah pilu menceritakan awal perkawinannya dengan Abdurrahman.
"Karena kami sama-sama dari keluarga miskin akhirnya sekitar 12 tahun yang lalu saya seorang diri dengan terpaksa menjadi TKI (TKW) ke Malaysia. Untuk mengadu nasib. Sementara suami saya hanya dirumah dengan anak saya" ujar ibu satu Anak ini sambil menangis.
Selanjutnya, kata Roti'ah, dengan kerja keras meski ketakutan selalu menghantuinya di tanah Datuk itu sebagai pekerja ilegal ia masih bisa mengirimkan ringgit tiap bulannya.
Tentu saja ringgit itu untuk keperluan sehari-hari sandang dan pangan anak semata wayangnya dan suaminya yang tidak bekerja.
Sebagian kumpulan ringgit-ringgit itu dikumpulkan sehingga sekitar 12 tahun yang lalu Roti'ah bisa mengumpulkan uang untuk membangun rumah sederhana dengan harapan setelah punya rumah dia dan keluarganya bisa hidup damai, rukun dan tentu saja Bahagia.
Namanya manusia, keperluan tiada batasnya. Setelah bisa membangun rumah walaupun sederhana, rupanya Suami Roti'ah tetap menginginkan dia bekerja di Malaysia. Dengan harapan tetap hidup kayak dulu. Suami roti'ah "disbusidi" tiap bulan oleh ringgit Roti'ah. Kenyamanan itu membuat Abdurrahman sebagai Suami darti Roti'ah dengan kebiasaannya hidup "hanya menengadah" ingin dilanjutkan terus menerus. Tak peduli dengan istrisnya yang hanya bekerja sendirian di tanah rantau.
Rupanya, keinginan tidak sesuai dengan kenyataan. Roti'ah yang biasanya di negeri jiran dengan aman-aman saja meski dengan status TKI ilegal. Tidak untuk tahun 2015 ini. Operasi besar-besaran yang dilakukan Pemerintah Diraja malaysia membuatnya "ditendang" keluar oleh dinasti datuk itu. Dengan ratap sedih Roti'ah pulang ke Kampung halamannya yang ditempati hanya beberapa saat stelah biasanya pulang dari malaysia. Desa Pasangger Kecamatan palengan. Di tempat inilah Roti'ah dulu bisa membangun Rumah hasil kaisan ringgit. Dengan spesifikasi; tanah milik suaminya Abdurrahman hasil warisan dari orang tua Abdurrahman. Sementara semua peralatan, alat bangunan, ongkos tukang dan seluruh untuk keperluan bangunan semuanya dari Roti'ah.
Setelah sampai kampung, Roti'ah berharap suaminya tetap sabar menghadapi kenyataan meskipun istrinya di"tendang" dari malaysia. Namun kenyataan berkata lain. Sesampainya dirumah suaminya kalap karena dia pulang dari Malaysia tanpa membawa Ringgit sebagaimana biasanya. Sehingga Roti'ah di cerai oleh suaminya, Abdurahman.
Tidak terima ditalak secara sepihak ileh Suaminya, rotia'ah mengadu kepada keluarga besarnya. Terutama pada kakak tertuanya, Parmo.
Parmo dan saudara-saudaranya tidak terima terhadap perlakukan Abdurrahman kepada aduiknya. Iabarat kata, habis manis sepah dibuang. Parmo Cs, ingin mengambil semua harta termasuk bangunan yang dibangun hasil jerih payah adiknya, Roti'ah. Namun Ali, sebagai adik dari Parmo menengahi agar bangunan tidak dirusak atau dirobohkan, tetapi diberikan kepada Muammar yang sekarang menginjak umur 18 tahun.
"Asalkan rumah itu untuk muammar, saya gak masalah" kata roti'ah berharap.
"Namun jika nanti Abdurrahman menempati rumah tersebut saya tidak rela" tambah Roti'ah.
"Jika abdurrahman yang menempati rumah tersebut saya tidak rela. Lebih baik tengkar saja" Ali menimpali.
"Pokoknya saya meminta ke Posbakumadin pamekasan untuk menengahi maslah ini" timpal Ami.(Tar/yan/tim)

0 comments:

Posting Komentar