Pengakuan Perempuan Makassar Korban Pelampiasan Nafsu Gubernur Riau

PEKANBARU -- Dwi Siswati benar-benar tidak habis pikir atas peristiwa sore hari di dalam sebuah rumah mewah dua lantai, tepatnya berada di Jalan Belimbing 18 pada pertengahan April 2014, yang baru saja dilalui.

Kejadian sangat pahit yang hingga kini masih terus membayangi benak wanita kelahiran Makassar 47 tahun silam ini terlebih lagi karena dilakukan oleh seorang pemimpin sebuah provinsi alias Gubernur, yang daerahnya pun cukup dikenal masih kental dengan adat istiadat Melayu-nya.

Karenanya, maka tak heran jika masyarakat luas kembali tersentak setelah mendengar pengakuan dari pengusaha garmen di Pulau Jawa itu. Soalnya 'tragedi' yang menimpa Dwi lagi-lagi terjadi dalam rumah seorang kepala daerah namun dengan 'pelakunya' yang sama.

Tindakan semena-mena terhadap kaum Hawa dalam bentuk pelecehan seks ini adalah kali kedua yang ditudingkan kepada Anas.  Bedanya, kejadian pertama mencuat pada saat kakek berumur 75 tahun lebih itu menjabat sebagai Bupati.

Sulastri yang mencari sesuap nasi dengan bekerja sebagai pembantu di kediaman seorang Bupati, terpaksa cuma bisa menahan air mata akibat perbuatan bejat dari pelampiasan nafsu 'Sang Tuan' terhadap dirinya.

Sementara, peristiwa sungguh memalukan serta mencoreng citra para kepala daerah di Indonesia yang menimpa Anas ini, justru terjadi setelah dua bulan dia menjadi Gubernur.

Baru sekarang dibeberkan Dwi ke permukaan, karena sejak pelecehan seks yang dilakukan Gubernur pada pertengahan April 2014 lalu, Dwi masih memberi kesempatan pada Anas agar meminta maaf dan mengakui perbuatannya.

"Setelah kejadian di lantai dua dalam rumah pribadi Pak Anas jalan Belimbing 18, semula saya berniat melaporkannya. Lama saya merenung dan terus berpikir. Dalam hati saya ini sampai berulang kali bertanya, kenapa Pak Gubernur memperlakukan saya seperti itu? Saya ini dianggap apa? Sepertinya... ya saya sendiri tidak percaya, kok bisa begitu," ungkap Dwi kepada wartawan sebagaimana dikutip dari politikriau.com, Jumat (25/7/2014).

Lalu, menurut mantan istri Ketua DPRD Dumai itu, ia pun mengambil langkah untuk berasumsi terbaik dulu dalam menyikapi masalah yang sudah menimpanya. Sedangkan rencana melaporkan tindakan pelecehan seksual yang dilakukan Gubernur kepada dirinya terpaksa urung dilaksanakan.

"Karena, saya pikir mungkin Pak Anas khilaf saat itu, selain mengingat usia beliau sudah tua. Ya, mana tau cepat sadar akan perbuatannya dan minta maaf ke saya. Ternyata, beberapa hari ditunggu tidak ada juga. Ah, kalau begitu saya ini dianggapnya apa? Berarti, saya ini sama saja seperti tak punya harga diri bagi Pak Gubernur terhormat itu," cetus Dwi.

Akhirnya, Dwi menentukan sikap dengan berkonsultasi kepada beberapa temannya yang kebetulan berprofesi sebagai pengacara. Bersama tim kuasa hukum, Dwi membuat testimoni dan melayangkan somasi ke Anas selaku Gubernur.

Surat somasi tersebut dikirimkan pengacara Dwi Siswati untuk dua alamat yang berbeda, yaitu ke Kantor Gubernur dan ke rumah pribadi Anas di Jalan Belimbing 18, sebagai Tempat Kejadian Perkara (TKP).

Dwi pun menjelaskan kepada wartawan terkait pelecehan seks yang dialaminya. Terlebih lagi, tindakan memalukan dan sangat tak pantas dilakukan oleh seorang Gubernur itu malah terjadi dalam rumah pribadinya sendiri.

"Saya diajak Pak Anas naik ke lantai dua. Setelah duduk di kursi dalam ruangan yang ada kamar mandinya, saya bicarakanlah persoalan yang menimpa saya. Suami saya kan ketua Golkar kabupaten, sementara Pak Anas ketua Golkar provinsi. Jadi, ketika itu saya berharap agar beliau menasehati suami saya," tutur Dwi membuka cerita.

Namun, tanpa diduga Dwi sedikitpun, Pak Gubernur sudah memepet tubuhnya sembari menciumi sekujur bagian wajah dan menggerayangi bagian dada. Dwi tak diam saja, karena ia memberikan perlawanan dengan mendorong tubuh 'Sang Gubernur' yang sedang dalam keadaan syahwatnya lagi tinggi.

"Malah saya bilang, istighfar Pak.. istighfar Pak.. Tapi tetap saja tubuh saya dicumbui, bahkan saya ditarik-tarik sampai masuk ke kamar mandi yang ada di ruangan itu. Kemudian, Pak Anas mengunci pintunya dari dalam dan mendorong saya hingga tersandar ke dinding. Dalam keadaan seperti itu, tubuhnya menghimpit tubuh saya sambil menciumi serta memegangi sekujur bagian dada saya," beber Dwi.

Tak cukup sampai disitu, sambung Dwi, Gubernur yang memiliki 10 orang anak itu lalu meraih serta menarik tangan, mengarahkan dan menempelkannya tepat di alamat kelamin Pak Anas.

Bahkan, Gubernur pun sempat pula meminta kepada wanita yang sudah dilanda rasa takut itu agar 'tititnya' dimasukkan. Pak Anas, kata Dwi, mengatakan hal tersebut sambil mengarahkan telunjuk tangannya ke kemaluan Dwi.

"Saya jawab, Jangan Pak, tidak boleh. Tapi, Pak Anas malah balik bertanya, Kenapa tak boleh? Boleh la. Terus saya katakan lagi, ya tidak boleh Pak. Lebih kurang lima menit saya digerayanginya dan berusaha membuat Pak Anas tidak bertindak lebih jauh. Sampai akhirnya dia sendiri membuka pintu dan keluar duluan," sebut Dwi.

Ditanya bagaimana keadaan Gubernur ketika keluar kamar mandi, Dwi Siswati pun mengatakan, gayanya menggambarkan seperti orang yang lagi kecewa berat.

(rpc/prc/lam)
BeritaLima Cyber Media Group » www.beritalima.comwww.sumateratime.comwww.satuwarta.comwww.caleg-indonesia.comwww.potretdesa.comwww.sumbaronline.com

0 comments:

Posting Komentar